Minggu, 05 September 2010

Ini sebuah kisah………………….

Pada suatu hari ada pemuda yang sederhana, mendekati seorang wanita yang sama sekali tak menarik, hingga akhirnya wanita ini sampai detik ini tak tau mengapa pemuda ini mendekatinya.
Singkat cerita, tanpa disadari kedua orang ini menjadi akrab. Pemuda ini selalu terbuka dengan si wanita tentang apapun yang terjadi atau yang dirasakan oleh pemuda ini, si wanita ini senang sekali pemuda ini menceritakan semua yang dialaminya. Karena menurut si wanita ini, dia diberi sebuah kepercayaan yang luar biasa oleh si pemuda. Pemuda ini selalu baik terhadap si wanita, hingga akhirnya tanpa disadari si wanita,  kebaikan si pemuda membuat dirinya manja dan tergantung pada pemuda ini.

Kesabaran seseorang selalu harus ada batas. Mungkin kata-kata ini yang paling tepat untuk si wanita. Pada akhirnya tanpa alasan pasti si pemuda ini mulai menjauh dari si wanita. Si wanita mulai berpikir sebenarnya apa yang terjadi dengan keadaan ini. Yang dulunya pemuda ini selalu terbuka dengan si wanita, malah berbalik si pemuda tertutup rapat dan tak mau bercerita lagi dengan si wanita, si wanita sedih.
Si wanita terus berpikir apa yang terjadi, akibatnya berapa kali si wanita ini jatuh sakit. Berpikir dan terus berpikir, tapi tetap tak ada jawaban yang pasti kenapa si pemuda menjauhinya. Dan pada akhirnya si wanita ini membuat kesimpulan sendiri bahwa pemuda ini sadar bahwa si wanita ini hanya membuat pemuda susah. Dengan sebuah kesimpulan itu akhinya si wanita mulai diam terhadap si pemuda karena dia binggung harus bersikap apalagi, si wanita terlalu takut kalau seandainya dia menggangu hidup si pemuda.

Walau sakit yang dirasakannya, si wanita tetap meluncurkan aksi diam terhadap si pemuda. Tapi, rasa sakit itu jauh lebih berkuasa dari aksi diam yang dilakukan oleh si wanita, si wanita mulai mendekati pemuda itu dan bertanya “Kenapa? Seperti ini” hanya diam dan tak ada jawaban yang di dapat oleh si wanita, si wanita tak menyerah dia tetap berusaha  bertanya lagi dan lagi, tapi tetap saja tak ada jawaban.

Hingga si pemuda itu sedikit demi sedikit mulai tak menganggap si wanita ini lagi. Wanita sedih bukan main. Si wanita berusaha untuk dianggap oleh pemuda itu lagi, berusaha untuk tetap penduli, untuk tetap bicara seperti biasanya, untuk tetap mengerti keadaan si pemuda, untuk tetap bersikap seperti biasanya berharap agar si pemuda itu akan kembali seperti dulu. Tapi, sayang seribu sayang, usaha si wanita tak ada hasilnya. Si pemuda tetap teguh dengan pendiriannya.
Pemuda selalu menghindar dari wanita ini. Walau sedang berkumpul dengan yang lainnya, si pemuda berusaha untuk tak menghiraukan si wanita. Si wanita tetap berdiri, walau sakit yang dirasakan saat itu, dia tetap berusaha tertawa, bicara, melakukan yang sama dengan yang lainnya. Benar-benar menyiksa.

Si wanita mulai berpikir bagaimana bisa si wanita tak ada di setiap si pemuda itu melihat sementara si wanita selalu ada di sekitanya n bagaimana bisa si pemuda itu melupakan yang tak mungkin dilupakan.

Pada akhir dari kisah ini, si pemuda benar-benar melupakan orang yang pernah akrab dengannya walau sebagai adik, teman apalagi sahabat. Melupakan segalanya. Hingga kini si wanita belum melupakannya, bagi si wanita si pemuda itu tetap dianggap sebagai kakak, teman, sahabat bahkan keluarga, hingga kini. Ada terbesit harapan untuk pemuda melihatnya kembali tapi itu sudah tak mungkin lagi. Hanya harapan kosong.

Wajar kalau pemuda itu cepat melupakan si wanita, karena si wanita memang tak pernah berarti, karena si wanita memang tak pernah baik terhadap si pemuda, karena si wanita hanya bisa menyusahkan si pemuda saja. Benar-benar wajar kalau si pemuda tak menaggapnya lagi sebagai adik, teman apalagi sahabat, karena si wanita memang tak layak, si wanita tak sama dengan yang lainnya, dengan adik-adiknya, temannya apalagi dengan sahabatnya yang selalu bisa mengerti, paham, tulus terhadanya dan tak pernah menyusahkannya. Dan sangat wajar si wanita tak ada di setiap si pemuda itu melihat, karena si wanita tak senilai dengan bintang-bintang yang selalu bersinar di sampingnya. Si wanita hanya lampu yang cepat reduh dan akan cepat mati.

Dan sedangkan, wajar kalau si wanita belum melupakan si pemuda, karena si pemuda selalu baik terhadap dirinya, selalu bisa menepati dirinya sebagai kakak, teman dan sahabat yang terbaik untuk si wanita. Benar- benar wajar si wanita masih menanggap si pemuda, karena si pemuda selalu menjadi pahlawan bagi si wanita ketika dia mengalami kesusahan dan akhirnya, saat semua kembali jadi asing, setiap ada kesusahan si wanita selalu terpikir si pemuda lah yang pertama. Dan sangat wajar si pemuda ada di setiap wanita melihat, karena si pemuda senilai dengan bintang-bintang yang bercahaya. Tapi, pada akhirnya si wanita sadar bahwa matanya tak mampu melihat cahaya dari si pemuda dan membiarkan si pemuda pergi bersama cahayanya. Dan mengobati rasa rindu terhadap bintang yang bercahaya itu, si wanita hanya melihatnya dari kejauhan tanpa terlalu takut silau akibat cahayanya si pemuda.
Hanya satu yang ingin si wanita katakan untuk si pemuda itu.
”Tersenyumlah, karena aku sanggup untuk kau tinggalkan tanpa kau buat aku mengerti kenapa kau tinggalkan aku. Aku mau kau tak usah ragu untuk tinggalkan aku kalau memang harus begitu. Dan jangan pernah menyesal.”