Senin, 17 Desember 2012

Kata-Kata Tere Liye

“Kau tahu, hakikat cinta adalah melepaskan. Semakin sejati ia, semakin tulus kau melepaskannya. Percayalah, jika memang itu cinta sejati kau, tidak peduli aral melintang, ia akan kembali sendiri padamu. Banyak sekali pecinta di dunia ini yang melupakan kebijaksanaan sesederhana itu. Malah sebaliknya, berbual bilang cinta, namun dia menggenggamnya erat-erat.”
–Tere Liye, novel ‘Eliana’

Sebenarnya, apakah itu perasaan ? Keinginan ? Rasa memiliki ? Rasa sakit, gelisah, sesak, tidak bisa tidur, kerinduan, kebencian ?
Bukankah dengan berlalunya waktu semuanya seperti gelas kosong yang berdebu, begitu-begitu saja, tidak istimewa.
Malah lucu serta gemas saat dikenang.
Sebenarnya, apakah pengorbanan memiliki harga dan batasan ?
Atau priceless, tidak terbeli dengan uang, karena kita lakukan hanya untuk sesuatu yang amat spesial di waktu yang juga spesial ?
Atau boleh jadi gratis, karena kita lakukan saja, dan selalu menyenangkan untuk dilakukan berkali-kali.
Sebenarnya, apakah itu arti ‘kesempatan’ ? Apakah itu makna ‘keputusan’ ?
Bagaimana mungkin kita terkadang menyesal karena sebuah ‘keputusan’ atau sepucuk ‘kesempatan’ ?
Sebenarnya, siapakah yang selalu pantas kita sayang ?
(tere-liye)
Bagiku waktu selalu pagi. Di antara potongan dua puluh empat jam sehari, bagiku pagi adalah waktu paling indah. Ketika janji-jani baru baru muncul seiring embun menggelayut di ujung dedaunan. Ketika harapan-harapan baru merekah bersama kabut yang mengambang di persawahan hingga nun jauh di kaki pegunungan. Pagi, berarti satu hari yang melelahkan telah terlampaui lagi. Pagi, berarti satu malam dengan mimpi-mimpi yang menyesakkan terlewati lagi; malam-malam panjang, gerakan tubuh resah, kerinduan, dan helaan napas tertahan.
(tere-liye)
Bukankah semua itu sederhana ? Bukankah masalah itu amat sederhana ? Meski harus membuat hatiku lebur berkeping-keping.
(tere-liye)
Aku tidak tahu apa perasaan itu, … yang aku tahu aku selalu merasa senang bersamamu. Merasa tenteram dari semua galau. Merasa damai dari semua senyap. Aku merasa kau membuatku setiap hari lebih baik. Menumbuhkan semangat, memberikan energi.
(tere-liye)
Aku tidak mengharapkanmu, aku bersiap melepas semua perasaan ini kalau kau sebaliknya ternyata tidak menginginkannya, melupakannya meskipun aku tidak tahu bagaimana caranya, mungkin tidak akan pernah bisa.
(tere-liye)
Entah hingga kapan semua kesedihan ini terhapuskan. Hanya waktu yang selalu berbaik hati mengobati kesedihan.
(tere-liye)
Perasaan cinta itu hanya sejak masa lalu yang telah selesai.
(tere-liye)
Kata orang bijak, kita tidak pernah merasa lapar untuk dua hal. Satu, karena jatuh cinta. Dua, karena kesedihan mendalam.
(tere-liye)
Aku bisa mengukir wajahnya di langit-langit kamar. Menatap wajahnya di bening bak air mandi. Di piring kosong. Apa yang bisa kulakukan ? Hingga kapan semua ini akan berakhir. Hingga kapan aku bisa melupakannya. Berdamai.
(tere-liye)
Tidak ada yang bisa membantu selain waktu. Tetapi agar waktu berbaik hati, kita juga harus berbaik hati kepadanya, dengan menyibukkan diri. Sendiri hanya mengundang rasa sesal. Sepi hanya mengundang lipatan-lipatan kesedihan lainnya.
(tere-liye)
Dalam rasa sedih yang mengukung ada banyak kesbiasaan, tabiat, perangai baru yang tidak sadar kita lakukan, baik itu yang baik-baik maupun yang buruk.
(tere-liye)
Ada banyak hal cara menikmati sepotong kehidupan saat kalian sedang tertikam belati sedih. Salah satunya dengan menerjemahkan banyak hal yang menghiasi dunia dengan cara tak lazim.
Dengan pemahaman secara berbeda maka kalian akan merasakan sesuatu yang berbeda pula.
(tere-liye)
Andaikata aku diberikan kesmpatan membalik dunia, maka aku akan melakukannya, menyampaikan perasaan cinta itu jauh-jauh hari….
Sebelum semuanya terlambat.
(tere-liye)
… kau tidak akan pernah mendapatkan seseorang kalau kau terlalu mencintaninya.
(tere-liye)
Bagi seorang gadis, menyimpan perasaan cinta sebesar itu justru menjadi energi yang hebat buat siapa saja yang beruntung menjadi pasangannya, meskipun itu bukan dengan lelaki yang dicintainya. Bagi seorang pemuda, menyimpan perasaan sebesar itu justru mengukung hidupnya, selamanya…
(tere-liye)
Seharusnya saat aku berharap pertama kali dulu, saat mengenal pertama kali dulu aku secepat mungkin mengeyahkan semua perasaan itu, membuangnya jauh-jauh. Aku tidak akan pernah mendapatkan cintamu. Akulah yang keliru, aku memaksakan diri.
(tere-liye)
Setiap pembicaraan punya kesimpulan. Dan itu termasuk untuk pembicaraan yang tanpa kesimpulan sekalipun, kesimpulannya : tidak ada kesimpulan.
(tere-liye)
Lihatlah aku! Aku pernah merasakan bagaimana menyakitkannya saat menyadari tidak ada lagi kesempatan itu.
(tere-liye)
… semua itu sungguh menyakitkan, karena aku tidak pernah tahu apakah kau pernah sekalipun mencintaiku atau tidak.
(tere-liye)
Terima kasih telah mencintaiku begitu besar, … mencintaiku begitu indah.
(tere-liye)
Kebetulan ? Apalah arti kata itu ? Sama seperti aku tidak pernah mengerti apa makna kesempatan.
(tere-liye)
Lima tahun, waktu yang terlalu lama bagi si patah-hati untuk menyusun banyak angan-angan penjelasan yang dipaksakan. Menciptakan mimpi-mimpi yang bisa membujuk hati lega, meski itu semu. Yang bisa membuat bibir tersenyum, meski amat tahu kalau itu dusta dan sekedar ilusi.
(tere-liye)
Ketahuilah, memaafkan orang lain sebenarnya jauh lebih mudah dibandingkan memaafkan diri sendiri.
(tere-liye)
Kebahagiaan dan rasa sedih itu tidak ada bedanya. Sama-sama membuat tidak bisa tidur. Hanya saja rasa bahagia tidak membuat tubuh melakukan gerakan resah atau helaan napas panjang. Rasa gembira hanya membuat sesak.
(tere-liye)
Urusan ini bukan tentang lebih mencintai atau kurang mencintai. Bukan tentang masih mencintai atau tidak lagi mencintai.
 (tere-liye)
Jauh lebih menyenangkan mengenang sesuatu yang hanya selintas terjadinya. Bahkan dalam banyak hal kesempatan jauh lebih menyenangkan mengennag sesuatu yang sepantasnya terjadi tetapi kita tidak membuatnya terjadi, meski kita bisa dengan mudah membuatnya terjadi.
(tere-liye)
Apakah dunia memang begitu ? Kita tidak akan pernah mendapatkan sesuatu jika kita terlalu menginginkannya. Kita tidak akan pernah mengerti hakikat memiliki, jika kita terlalu ingin memilikinya.
                                                                          (tere-liye)

Tidak ada komentar: